24 October 2008

SOLIDARITAS

Kedua anak tidak di rumah, yang bisa saya kerjakan ya hanya merenung dan mengkhayal. Dalam khayalan saya berandai-andai.

"Andaikan saya menjadi orang kaya, saya akan menggunakan kekayaan itu untuk kegiatan-kegiatan kemanusiaan. Saya akan mendirikan panti asuhan, panti jompo, rumah sakit, memberikan bea-siswa dan sebagainya. Saya akan peduli dengan orang orang-orang miskin dan menderita. Pokoknya saya akan mewujudkan rencana itu dengan sebagian harta yang kumiliki untuk menolong orang lain.

Hanya gigitan kecil dari seekor nyamuk menyadarkan saya kembali dari khayalan. Dengan senyuman sembari berguman saya berucap "SYUKURLAH". Paling tidak, dalam hati saya masih ada naluri kemanusiaan meskipun jika itu terjadi, belum tentu saya melakukan hal-hal yang demikian.

Dari khayalan di atas saya teringat dengan Sebuah film yang pernah saya tonton tetapi saya lupa judulnya. Dalam film itu diceritakan tentang pertukaran orang miskin menjadi orang kaya, dan orang kaya menjadi orang miskin. Suatu hari ada seorang miskin yang mengemis di tempat orang kaya. Orang miskin itu tak menerima apa-apa, bahkan ia di usir dan ditendang. Lalu ia berdoa, supaya ia menjadi orang kaya itu, dan orang kaya itu menjadi dia yang miskin,
hanya dalam waktu seminggu. Doanya terkabul! Si kaya tiba-tiba berwajah si miskin dan si miskin tiba-tiba pula berwajah si kaya. Tentu saja wajah si kaya yang berubah miskin itu, di usir si miskin yang telah berubah wajah. Berkali-kali ia meyakinkan pada pembantunya, bahwa dialah pemilik rumah itu, namun tetap tak digubris. Ia kemudian ditendang ke luar dari rumahnya sendiri. Ketika ia bercermin, betapa terkejutnya, karena wajahnya telah berubah. Dan ketika ia melihat orang yang menguasai rumahnya betapa terkejutnya karena orang itu berwajah dirinya.

Sejak itu hidup kedua tokoh ini berubah. Si kaya berubah wajah si miskin, benar-benar mengalami hidup sebagai orang miskin. Ia mulai mengemis, dihina dan diolok-olok banyak orang. Kini, ia benar-benar merasakan kelaparan, kedinginan, terhina. Sedangkan si miskin yang berubah wajah sebagai si kaya, juga mengalami perubahan hidup yang luar biasa, Kini ia bisa merasakan yang namanya enak, tidur nyaman, terhormat. Namun, ia sadar benar, bahwa sebenarnya ia adalah orang miskin. Ia hanya mempunyai waktu seminggu untuk merasakan sebagai orang kaya. Ia lalu melakukan banyak hal yang tak pernah dilakukan oleh orang kaya itu. Ia melakukan aksi sosial. Ia menunjukkan kepedulian yang demikian besar kepada orang-orang miskin, lapar dan sengsara. Orang kaya yang telah menjadi miskin itupun kemudian ditolongnya. Sebagian besar hartanya hanya untuk kegiatan solidaritas kepada orang yang menderita. Ia bisa merasakan benar, bagaimana rasanya lapar dan miskin. Kini ia menggunakan kesempatan waktunya seminggu itu untuk berbuat baik.

Tindakan si kaya itu memancing perhatian banyak orang. Ini merupakan perubahan besar. Si kaya telah menunjukkan belas kasihannya kepada orang miskin/ Orang kaya ini begitu dikasihi dan dihormati banyak orang.

Sementara itu, orang miskin yang dulunya kaya itu semakin menyadari dan menyesali perbuatannya di masa lalu. Sekarang ia merasakan penderitaan hidup. Ia menangis di emperan toko, menyesali masa lalunya yang jahat.

Setelah genap seminggu, tiba-tiba wajah si kaya berubah kembali menjadi miskin, dan si miskin berubah kembali pula menjadi seperti semula. Sadarlah si kaya, bahwa selama seminggu ia memperoleh pelajaran yang sangat berharga. sejak itu perilaku si kaya berubah total. Ia menjadi begitu dermawan kepada orang miskin. Ia begitu gampang menolong kepada orang yang menderita. Bukan mencari nama, namun ia benar-benar sudah menghayati, betapa menderitanya orang miskin.

No comments: