17 November 2009

AKU ADALAH KAYU JATI

Dua hari yang lalu aku pergi dengan si bungsu ke Jogjakarta dengan maksud menjenguk Sulungku. Malamnya mereka mengajak keluar untuk menikmati keindahan Jogjakarta di waktu malam. Terminal terakhir malam itu adalah di trotoar Malioboro sambil menikmati makanan lesehan. Sambil makan anak-anak bercerita. Masing-masing menceritakan pengalaman hidupnya. Yang menarik adalah mereka bercerita apa adanya khas dari kebanyakan anak pada umumnya. Tidak ada perasaan malu, tidak ada ssikap selengekan, dan sebagainya. Yang jelas mereka mengutarakan dengan bahasa yang lugu, polos tanpa dibuat-buat. Dan saya senang dengan gaya yang seperti ini. Untuk bisa mengerti, memahami mereka maka kita perlu untuk kenal dan menyayanginya. Maka ada pepatah "Tak kenal maka Tak sayang".

Ketika anakku yang sulung bertanya siapakah sebenarnya papi itu? Secara spontan dan mengalir begitu saja saya menjawab :"AKU ADALAH KAYU JATI' anak-anak mendengar jawaban yang demikian mereka menjadi heran dan termangu-mangu. Saya tahu apa yang ada dibenaknya/pikirannya anak-anak. Mungkin mereka akan mengira mendengar menjawab dengan idola-idola seperti tokoh politik, atlit, tokoh dalam cerita dan sebagainya. Lalu sulungku bertanya lagi :"Mengapa papi adalah kayu Jati? Dengan sedikit senyuman kujawab :"Sebab pertama - Papi tahu persis apa itu kayu Jati karena Papi dari kecil hingga sekarang hidup dihutan Jati. Artinya makan untuk hidup sehari-hari dari apa yang disediakan di hutan jati tersebut.

Sebab kedua - Kayu jati yang hidup di tanah yang gersang dan panasnya sampai menusuk di hati. Kayu Jati yang hidup di gunung yang tinggi. Kayu Jati yang serasa hidup sendiri, jauh dari keramaian, lalu lalang jalan dan sungai. Kayu Jati yang pandai menyesuaikan diri dan menikmati teriknya matahari, dengan merontokkan daun-daun, supaya tetap hidup kokoh dan tegar mandiri. Dari kondisi seperti ini dapat kupelajari bahwa untuk senantiasa memandang persoalan menindak lajuti dengan sikap serius dan memandang remeh. Artinya semua dilakukan dengan sebuah proses bukan instan.

Dari sini aku bisa melihat sangat jelas orang yang congkak dan sombong itu, akan sangat mudah bergelimpangan hanya karena menghadapi secuil masalah yang sangat sepele. Orang yang cenderung pingin enaknya sendiri, orang yang tak tahu diri dan siapa saja yang tak mau bersusah diri itu, hanya akan mengalami kekeroposan diri, lapuknya hati, dan rapuhnya nurani. Mereka hanya akan menghadapi hidup dengan penuh kesesakan di hati dan rasa sakit pada jiwa dan nurani.

Sebab Ketiga - Belum tumbuh besar saja, banyak orang mau membeli. Kayu yang kuat dan kokoh oleh panasnya terik matahari. Kayu yang tangguh oleh siraman banjir sekalipun. Digunakanlah kayu itu hanya untuk hal-hal yang sangat berarti; pintu, kusen, tempat tidur, sofa dan almari. Semua yang terbuat dari kayu jati menjadi tak ternilai harganya. Menjadi potongan-potongan kecil saja orang tak segan-segan untuk membelinya. Dibelinya untuk membuat barang-barang seni. Barang kecil yang terkesan mungil itupun menjadi sangat berharga, hanya karena terbuat dari kayu jati.

Sebab ke empat - Kayu jati berbeda dengan kayu lainnya, yaitu sangat mudah rapuh. Kayu yang sangat murah sekali harganya. Kayu yang sama sekali tidak mempunyai nilai dan kualitas sama sekali. Kayu yang mudah sekali keropos hanya karena terkena embun pagi. Kayu yang sangat mudah sekali lapuk hanya karena terkena panasnya sinar pagi. Kayu yang hanya dipakai satu kali saja, kemudian dibuangnya tanpa arti. Kayu yang kemudian dipungut orang hanya untuk menanak nasi. Betapa menyesalnya kalau hanya menjadi kayu pembakar api !

AKU BANGGA!
AKU ADALAH KAYU JATI!
KARENA JELAS BISA DIPASTIKAN HIDUPKU AKAN LEBIH BERARTI!

1 comment:

wahyu cah_AV 2 said...

kalau gitu saya juga mau jadi kayu jati juga deh,,, soalnya saya pingin hidup saya bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain...