25 July 2011

SAYA MENCINTAIMU

Itu kalimat yang diucapkan kebanyakan orang ketika menyatakan perasaannya pada pasangan yang dicintai. Lalu apa arti kalimat tersebut? Seberapa seringkah dinyatakan pada pasangan kita? Seberapa jauh kita yakin ketika mengucapkan kalimat tersebut? Seberapa jauh pula kadarnya berkurang setelah sekian tahun dijalani yang diisi dengan kesibukan, keindahan tubuh yang dimakan usia, atau anak-anak yang menyita waktu? Masihkah kita mengucapkannya pada pasangan kita setiap hari, seperti waktu kita baru saja mengutarakan di awal dahulu?

Suatu saat saya disuruh menggambarkan apa itu cinta oleh seseorang? Kemudian saya membayangan bagaimana cinta itu? Apakah perasaan berbunga-bunga ketika bertemu pasangan kita? Perasaan senang dan bahagia ketika pasangan kita mengucapkan kata-kata sayang pada kita? Perasaan bahwa kita tidak bisa hidup jika tidak bersama-sama dengan pasangan kita? Perasaan rindu ketika jauh dan terpisah cukup lama dari pasangan kita? Perasaan ingin memberikan yang terbaik bagi pasangan kita untuk membuatnya bahagia? Perasaan bahwa tidak akan ada orang lain lagi yang akan kita cintai sebesar kita mencintai pasangan kita? Perasaan bahwa kita bersedia hidup dengannya tidak peduli rintangan atau halangan apapun yang nantinya akan muncul?

Lalu cinta yang kita jalani apakah seperti cinta monyet yang menutup mata terhadap kekurangan dan kelemahan pasangan kita. Cinta yang kita berikan tidak dibangun di atas ilusi bahwa semuanya akan baik-baik saja. Cinta bukanlah menerima kondisi pasangan kita dengan harapan bahwa kita akan bisa mengubahnya di kemudian hari. Cinta yang mendekatkan kita dan pasangan kita bukanlah cinta yang membutakan diri kita untuk melihat siapa sesungguhnya pasangan kita dan bagaimana hidup yang akan kita jalani bersamanya. Jika demikian, aku menamai itu bukan cinta. Namun itu adalah harapan kita mengenai pasangan kita dan mengenai kehidupan yang akan jalankan nantinya.

Bagi saya mengucapkan “Saya Mencintai Kamu” pada pasangan kita, adalah mengatakan kesediaan untuk mati baginya. Mati bukan hanya secara fisik untuk melindunginya, tetapi juga mati setiap hari untuk kepentingannya. Mati di dalam keinginan kita, agar kita membuka jalan bagi tercapainya keinginan pasangan kita. Mati terhadap diri kita, supaya kita menjadi satu dengan pasangan kita. Mati terhadap identitas diri, karena sekarang kita memiliki identitas baru bersama dengan pasangan kita. Kita menjadi satu kesatuan dengannya di dalam satu ikatan cinta yang lama kita idamkan, akan kita rasakan setiap hari, bahkan setiap detik dalam hidup kita.

No comments: