03 August 2009

KEJUJURAN DAN KEBOHONGAN

Sore ini aku mendapat pelajaran dari seseorang yang menelponku untuk diajak ngobrol ketika pulang dari bekerjanya. Obrolan ini dilakukan dia sambil mengendarai mobilnya. Keadaan yang demikian hampir setiap sore dilakukan dengan mengunakan telepone genggam. Alasan yang dikemukan adalah untuk menemani menghilangkan kesunyian dan kesepian dalam perjalanan.
Salam sapa dari teleponnya dibuka dengan "Halo...!!!".
Lalu kujawab dengan sapaan yang sama.
Selanjutnya kuceritakan bahwa tadi sewaktu pulang kerja aku ditabrak seorang anak sekolah di depan pasar.Kondisi badan tepatnya kakiku sebelah kiri sedikit memar karena kena benturan dengan kendaraan yang ditumpangi anak tersebut. Yang menarik dari ceritaku ini adalah ketidak jujuran anak itu dalam menceritakan kejadian yang semestinya terhadap orang-orang yang menonton atau yang menolong. Jadi banyak kebohongan-kebohongan yang diceritakannya.

Kembali pada teman ngobrolku. Secara mendadak telepon gemgamnya yang satu berbunyi. Aku hafal sekali dengan bunyi itu karena ada pesan singkat yang masuk. Lalu dengan sedikit gagap dia menjawab pertanyaanku dari siapa pesan itu? Dia menjawab dari ..... Isi pesan itu disampaikan kepadaku benar atau tidak aku tidak tahu secara persis. Namun yang menarik perhatian adalah kegagapan dia dalam menyampaikan pesan tersebut. Apalagi ketika perjalanan sudah sampai dirumah dia disambut oleh seseorang yang menyampaikan pesan tadi. Dia menceritakan bahwa pintu rumahnya sudah dibukakan dan sebagainya. Suatu sikap yang memang sudah layak diberikan untuk memperlihatkan perhatian, pengertian sehingan apa yang dilakukan paling tidak dapat memberikan pencitraan bahwa saya sudah berbuat untuk senantiasa memberikan yang paling sederhana dari apa yang kamu butuhkan. Berangkat dari keadaan ini dia mencoba untuk mengalihkan perhatianku agar untuk berpikir tidak berpikir yang lain dengan dialog-dialog yang dibangunnya.

Ada satu kondisi yang menarik untuk kurenungkan dan pergumulkan serta enak untuk disajikan sebagai suatu pemahamanku kaitannya dengan arti KEJUJURAN DAN KEBOHONGAN. Berbicara KEJUJURAN DAN KEBOHONGAN kusadari sampai kapanpun tidak akan selesai. Bahwa sekali berbohong dan berbicara yang tidak benar, maka orang lain akan ragu dan sulit percaya. Apakah mungkin dalam seumur hidupnya seseorang tidak pernah melakukan kebohongan sekalipun? Dan apakah suatu Kebohongan akan selalu berakibat negatif dan tidak berguna sama sekali???

Ketika aku duduk di bangku SMA aku pernah mendengar cerita dari abangku tetang suatu peristiwa.....

Di suatu Desa hidup satu keluarga yang mempunyai seorang anak Gadis yang cantik. Beberapa hari belakangan ini, keluarga tersebut di rundung kesedihan karena tanpa di duga-duga ternyata anak gadisnya mengalami kehamilan di luar nikah. Orang Tua si Gadis sangat marah sekali dan memaksa anaknya untuk berterus terang siapa orang yang menghamilinya. Dalam ketakutannya si Gadis langsung menunjuk kepada seorang Guru Spiritual di Desa tersebut. Guru Spiritual ini hidupnya selalu menyendiri dan senang bersamadi. Bahwa dialah penyebab kehamilannya. Berita tersebut sangat menggemparkan seluruh Desa, dan orang tua si Gadis bersama masyarakat berbondong-bondong mendatangi kediaman si Guru Spriritual tersebut untuk meminta pertanggungjawabannya. Pada saat ditanya "Benarkah Guru yang menghamili si Gadis? Sang Guru Spiritual menjawab dengan tenang: “Ya benar…!”.
Singkat cerita, si Gadis langsung dinikahkan dengan Guru Spiritual tersebut. Walaupun reputasi dan kepercayaan masyarakat Desa sudah hilang kepadanya, Guru Spiritual tetap tenang dan menjalani kehidupan menyendiri dan bersamad dan tidak pernah menyentuh sedikitpun si Gadis yang telah dinikahinya. Tanpa terasa beberapa bulan berlalu dan si Gadispun sudah tidak tahan memendam KEBOHONGANnya, dan memberitahukan kepada Orangtuanya bahwa yang sebenarnya menghamilinya adalah Pemuda tetangga seberang. Berita ini lagi-lagi menggemparkan seluruh Desa, dan orangtua si Gadis bersama masyarakat berbondong-bondong mendatangi kediaman si Guru Spiritual untuk meminta maaf kepadanya. Pada saat ditanya “Benarkah Guru bukan yang menghamili si Gadi? Lagi-lagi sang Guru dengan tenang menjawab: “Ya benar…!” Kemudian reputasi dan kepercayaan masyarakat Desa kembali kepadanya”.

Cerita ini sangat mengesankan buatku, akan pentingnya bersikap bijaksana dalam menghadapi setiap persoalan sebagaimana yang dilakukan oleh si Guru Spiritual. Dia mengerti dan paham betul bahwa pada saat awal ditanyakan “Benarkah Guru yang menghamili si Gadis? Dia menjawab: “Ya benar…!” ini adalah suatu “KEBOHONGAN”… dan bersifat sementara untuk meredam kemarahan warga desa. Dia meyakini benar bahwa “KEBENARAN” suatu saat akan terungkap.

KEJUJURAN dan KEBOHONGAN bagaikan sebuah mata uang logam dengan dua sisi. Keduanya mempunyai arti dan manfaat sendiri-sendiri. Kapan sisi KEJUJURAN digunakan dan Kapan pula sisi KEBOHONGAN dimanfaatkan dengan bijaksana. Tanpa merugikan diri sendiri, orang lain.

Cepat atau lambat KEBENARAN akan terungkap dan memunculkan wajahnya yang Cantik. Walaupun KEJUJURAN dan KEBOHONGAN selalu membelakangi satu sama lain. Aku meyakini benar dualisme ini takkan pernah berakhir sampai kapanpun.

“KEJUJURAN ada karena adanya KEBOHONGAN, dan KEBOHONGAN ada karena adanya KEJUJURAN”

1 comment:

Anonymous said...

Itu benar nduk?:D http://eyank.mywapblog.com